Friday, February 3, 2006
Hari ini sebenarnya tidak ada jadwal training ... tapi tadi pagi mampir ke Mabank TC, per our instructor request. Ya, untuk menghargai beliau (Mr. Gene Mings) ayah mampir ke kelas pagi-pagi. Hmmh, ndak pagi-pagi sih ... karena ayah telat bangun. Baru siap berangkat jam 7:30 padahal ternyata hujan mengguyur Gun Barrel City dan Mabank sampai tengah hari. Dingin air hujannya ... Ayah baru tiba di kelas sekitar jam 8:10.
Ini foto Mr. Gene Mings, our instructor - ex Solar FSR, a good man from Houston.
Yang datang hanya empat orang dari lima orang ... Ayah, Prinya (Thailand), Michael (Salt Lake City FSR) & Chris (San Diego FSR). Ngobrol santai ... seperti biasa saat training pun suasana kelas penuh suasana santai. Lalu kami melakukan post-test untuk mengetahui sejauh mana kami belajar selama training ini. 32 soal multiple choice selesai dalam waktu 40 menit lalu evaluasi bersama. Setelah waktu habis, sebenarnya tidak ada timer-nya tapi menunggu sampai semua selesai mengerjakan soalnya, Gene menyerahkan hasil pre-test di awal training kemarin.
Hahaha ... ayah ada perkembangan dari salah sembilan sebelumnya, sekarang jadi salah lima ... dasar keras kepala ... sudah diberitahu masih ngotot juga milih jawaban yang salah!
It's all right ... we have had fun yesterday playing around with surge control valve I/P and positioner installation, and learn and share a lot of new things.
Kami selesai berdiskusi dan berpamitan satu sama lain sekitar jam 11:30.
See you all around the world some other time in the future!!
My work scope nature required me to travel frequently and extensively away from home. So throughout this Blog, I tried to write down my travel experiences for my son.
Sabtu, Februari 04, 2006
Horee … pindah kamar!
Wednesday, February 1, 2006 ... sore hari ...
Horee … pindah kamar motel! Iya … biasanya sebel dan males banget bila harus pindah-pindah kamar tapi masih di hotel yang sama. Tapi ini sebenarnya ‘terpaksa’ sih.
Dari saat pertama tiba di hotel ini sampai tadi siang ini, sembilan hari, tinggalnya di Kamar 104 … loh? Ada apa dengan kamar itu? Hmmh … nothing wrong with the room … di depan pintu kamar itu ada pelat bujursangkar berwarna biru. Di situ ada gambar siluet putih orang duduk di kursi roda. Tidak hanya dipintu itu. Persis di depan kamar, dimana mobil Chevy Kupe merah-ku biasa parkir, juga ada gambar serupa berwarna biru di cat di seantero petak parkir itu. Do you know what the sign is for?
Ada lagi … hari minggu kemarin pas ketika ayah keluar kamar … masih di depan pintu itu … di sebelah kanan, selang satu kamar di kanan, ada Ibu Tua yang tiba-tiba melotot kepada ayah. Hmmmhh … pandangan matanya aneh … seakan-akan menyelidiki kenapa orang itu tinggal di kamar itu.
Hahahahaha… selama sembilan hari ayah tinggal di kamar yang namanya “Handicap Room” … kamar untuk mereka yang pake kursi roda atau disability yang lain. Well, well, well, You can call me a handicap if you concern about speaking English. Ya … ayah bisa disebut handicap di bidang yang satu itu.
Pindah-pindahannya lalu bagaimana?
Babak pertama ayah membawa traveling bag yang panjang dan ransel di punggung ke kamar 111. Wah … ternyata kamar mandinya lebih kecil. Bathtub-nya cuma semeter panjangnya sementar di 104 tadi ayah bisa tiduran di bathtub bila mau. WC duduknya juga langsung disebelah bathtub di dalam kamar mandi yang cuma sebesar kira-kira 1.5mx1.5m. It’s all right. Ehm, lalu babak kedua ayah mengambil tas koper dan kantong plastik berisi makanan kecil (brownies, oreo crème sandwiches, dan oatmeal crème pies) dan soft drinks. Sudah?
Belum! Masih ada kotak berisi buku-buku. Ini kloter terakhir untuk acara pindah-pindah kamarnya.
Hmmmhh ... akhirnya dapat tidur lebih nyenyak ... ndak usah khawatir pagi-paginya dipelototin orang ketika keluar dari kamar seperti Kamar 104.
Horee … pindah kamar motel! Iya … biasanya sebel dan males banget bila harus pindah-pindah kamar tapi masih di hotel yang sama. Tapi ini sebenarnya ‘terpaksa’ sih.
Dari saat pertama tiba di hotel ini sampai tadi siang ini, sembilan hari, tinggalnya di Kamar 104 … loh? Ada apa dengan kamar itu? Hmmh … nothing wrong with the room … di depan pintu kamar itu ada pelat bujursangkar berwarna biru. Di situ ada gambar siluet putih orang duduk di kursi roda. Tidak hanya dipintu itu. Persis di depan kamar, dimana mobil Chevy Kupe merah-ku biasa parkir, juga ada gambar serupa berwarna biru di cat di seantero petak parkir itu. Do you know what the sign is for?
Ada lagi … hari minggu kemarin pas ketika ayah keluar kamar … masih di depan pintu itu … di sebelah kanan, selang satu kamar di kanan, ada Ibu Tua yang tiba-tiba melotot kepada ayah. Hmmmhh … pandangan matanya aneh … seakan-akan menyelidiki kenapa orang itu tinggal di kamar itu.
Hahahahaha… selama sembilan hari ayah tinggal di kamar yang namanya “Handicap Room” … kamar untuk mereka yang pake kursi roda atau disability yang lain. Well, well, well, You can call me a handicap if you concern about speaking English. Ya … ayah bisa disebut handicap di bidang yang satu itu.
Pindah-pindahannya lalu bagaimana?
Babak pertama ayah membawa traveling bag yang panjang dan ransel di punggung ke kamar 111. Wah … ternyata kamar mandinya lebih kecil. Bathtub-nya cuma semeter panjangnya sementar di 104 tadi ayah bisa tiduran di bathtub bila mau. WC duduknya juga langsung disebelah bathtub di dalam kamar mandi yang cuma sebesar kira-kira 1.5mx1.5m. It’s all right. Ehm, lalu babak kedua ayah mengambil tas koper dan kantong plastik berisi makanan kecil (brownies, oreo crème sandwiches, dan oatmeal crème pies) dan soft drinks. Sudah?
Belum! Masih ada kotak berisi buku-buku. Ini kloter terakhir untuk acara pindah-pindah kamarnya.
Hmmmhh ... akhirnya dapat tidur lebih nyenyak ... ndak usah khawatir pagi-paginya dipelototin orang ketika keluar dari kamar seperti Kamar 104.
Kamis, Februari 02, 2006
Nonton Rodeo
Friday, January 27, 2006
Sore ini diajak oleh James M. Bell (FSR, Salt Lake City) nonton Stockyards Rodeo Championship di Cowtown Coliseum, Fort Worth. Berangkat dari Best Western - Gun Barrel City jam 3 sore. Sampai di Holiday Inn Express - Mesquite tepat jam 4 sore ... jarak tempuh sekitar 50 mil. Dari Mesquite, berangkat jam 4:30-an bareng James dan Christopher Stroble (FSR, San Diego) pake mobilnya Christ, Jeep Cheeroke.
Dari Mesquite, kami harus melintasi kota Dallas dan Fort Worth. Lokasi arena rodeo ada di ujung barat kota Fort Worth, sedangkan kami berangkat dari ujung timur luar kota Dallas. Harus melintas kurang lebih 30 mil pas di jam lalu lintas padat. Asyik juga 'merambat' melintas kota ... jadi dapat menikmati pemandangan kota Dallas & Fort Worth.
Kota ini metropolis namun tidak indah ... tidak ada variasi warna atau pemandangan selain jalan-jalan besar (Highways) yang bertumpuk-tumpuk. Aerial view ke arah perumahan dan bangunan lainnya di kota ini tidak menarik. Serba grey ... coklat tanah ... daun-daun tidak berwarna bahkan banyak pepohonan yang belum berdaun alias gundul - karena masih winter sih. Segala bangunan di sini bertopik kotak-kotak dan berwarna tanah. Tidak ada arsitektur kontras unik yang tampak. Karena ini pemandangan yang unik ... walau tidak menarik sama sekali ... jadinya ya menikmati saja segala macam pemandangan di sepanjang jalan.
Sesampai di Stockyard District, kami lalu masuk ke salah satu restoran - Cattlemen's Steak House, karena sudah mendekati jam 6 sore ... pertandingan rodeonya mulai jam 8 malam. Di situ, ayah pesan dinner set menu Spare-Rib Plate 1/2-slab -- disajikan bersama crisp salad, rolls, baked potato & segelas soda Dr. Pepper ... sama dengan Christ, atas anjuran James (yang memesan full-slab). Untung, ayah hanya memesan 1/2-porsi. Bila dapat yang full-slab, mungkin bila-pun sanggup menghabiskannya, ayah ndak akan sanggup jalan kayaknya.
Yang jadi pemandu turis adalah si James, karena dia pernah tahu daerah sini dan juga pernah ikut rodeo dan jadi cowboy-nya semasa dia masih muda dulu ... dia sekarang mid-30. Menurutnya, yang masih pantas ikut rodeo adalah mereka yang masih bertubuh langsing dan kecil. Dia menjelaskan banyak hal tentang rodeo ... mulai dari ritual championship, rules, trik-triknya dan jenis-jenis Bulls yang digunakan.
Ok, begini. Secara garis besar, bull riding contest ini mengharuskan si cowboy untuk bertahan berada di punggung si banteng 'gila' selama 8 detik. Tangan cowboy tsb tidak boleh menyentuh kepala si banteng dan hanya satu tangan yang diperbolehkan memegang tali kusir yang dililit di perut hewan itu. Ada tim juri yang akan menilai kebolehan sang koboy selama menunggangi banteng itu. Bila ternyata tangan si koboy pernah terlihat menyentuh kepala banteng maka ada penalti dari nilai total. Bila si koboy terjatuh sebelum 8-detik usai maka di-diskualifikasi. Kecuali bila juri melihat bahwa ada kesalahan teknis persiapan dari panitia sebelum si cowboy masuk ke arena saat menunggangi banteng. Seru!! 8-detik di atas seekor banteng yang tidak mau ditunggangi? Wah ... pasti serasa seumur hidup ... forever ...
Dare to try?
Sore ini diajak oleh James M. Bell (FSR, Salt Lake City) nonton Stockyards Rodeo Championship di Cowtown Coliseum, Fort Worth. Berangkat dari Best Western - Gun Barrel City jam 3 sore. Sampai di Holiday Inn Express - Mesquite tepat jam 4 sore ... jarak tempuh sekitar 50 mil. Dari Mesquite, berangkat jam 4:30-an bareng James dan Christopher Stroble (FSR, San Diego) pake mobilnya Christ, Jeep Cheeroke.
Dari Mesquite, kami harus melintasi kota Dallas dan Fort Worth. Lokasi arena rodeo ada di ujung barat kota Fort Worth, sedangkan kami berangkat dari ujung timur luar kota Dallas. Harus melintas kurang lebih 30 mil pas di jam lalu lintas padat. Asyik juga 'merambat' melintas kota ... jadi dapat menikmati pemandangan kota Dallas & Fort Worth.
Kota ini metropolis namun tidak indah ... tidak ada variasi warna atau pemandangan selain jalan-jalan besar (Highways) yang bertumpuk-tumpuk. Aerial view ke arah perumahan dan bangunan lainnya di kota ini tidak menarik. Serba grey ... coklat tanah ... daun-daun tidak berwarna bahkan banyak pepohonan yang belum berdaun alias gundul - karena masih winter sih. Segala bangunan di sini bertopik kotak-kotak dan berwarna tanah. Tidak ada arsitektur kontras unik yang tampak. Karena ini pemandangan yang unik ... walau tidak menarik sama sekali ... jadinya ya menikmati saja segala macam pemandangan di sepanjang jalan.
Sesampai di Stockyard District, kami lalu masuk ke salah satu restoran - Cattlemen's Steak House, karena sudah mendekati jam 6 sore ... pertandingan rodeonya mulai jam 8 malam. Di situ, ayah pesan dinner set menu Spare-Rib Plate 1/2-slab -- disajikan bersama crisp salad, rolls, baked potato & segelas soda Dr. Pepper ... sama dengan Christ, atas anjuran James (yang memesan full-slab). Untung, ayah hanya memesan 1/2-porsi. Bila dapat yang full-slab, mungkin bila-pun sanggup menghabiskannya, ayah ndak akan sanggup jalan kayaknya.
Yang jadi pemandu turis adalah si James, karena dia pernah tahu daerah sini dan juga pernah ikut rodeo dan jadi cowboy-nya semasa dia masih muda dulu ... dia sekarang mid-30. Menurutnya, yang masih pantas ikut rodeo adalah mereka yang masih bertubuh langsing dan kecil. Dia menjelaskan banyak hal tentang rodeo ... mulai dari ritual championship, rules, trik-triknya dan jenis-jenis Bulls yang digunakan.
Ok, begini. Secara garis besar, bull riding contest ini mengharuskan si cowboy untuk bertahan berada di punggung si banteng 'gila' selama 8 detik. Tangan cowboy tsb tidak boleh menyentuh kepala si banteng dan hanya satu tangan yang diperbolehkan memegang tali kusir yang dililit di perut hewan itu. Ada tim juri yang akan menilai kebolehan sang koboy selama menunggangi banteng itu. Bila ternyata tangan si koboy pernah terlihat menyentuh kepala banteng maka ada penalti dari nilai total. Bila si koboy terjatuh sebelum 8-detik usai maka di-diskualifikasi. Kecuali bila juri melihat bahwa ada kesalahan teknis persiapan dari panitia sebelum si cowboy masuk ke arena saat menunggangi banteng. Seru!! 8-detik di atas seekor banteng yang tidak mau ditunggangi? Wah ... pasti serasa seumur hidup ... forever ...
Dare to try?
Minggu, Januari 29, 2006
Round the clock travel
Saturday, January 21, 2006
Pagi-pagi jam 6:10 Pak Marmo – driver kantor, sudah menelepon sedang menuju apartemen … untung sudah mandi, siap-siap dan tinggal pakai baju travel.
Di jalan menuju airport, nelpon Bunda dan lalu nelpon Mama-Papa. Tiba di airport jam 7 lebih sedikit. Check-in untuk window seat sampai LAX dari CGK. Bagasi di-flight-connect sampai DFW, tinggal chek-in di LAX untuk terbang ke DFW nanti.
Boarding jam 09:20 ke pesawat Boeing 777-300/ Jubilee, nomor penerbangan SQ153. Take-off sekitar jam 09:45 (GMT +7). Flight maximum altitude 10972 m, ground speed 898 kph, outside air temperature –46 centigrade. Landed at Changi Airport +- 12:20 Singapore time (GMT +8).
Di Changi ada yang baru: KOI pond and Orchard Garden. A very beautiful view for a modern airport lounge. Wow! Sambil latihan ngambil foto-foto pakai Olympus Camedia C3000-Zoom – ngetes kemampuan kamera (dan latihan moto sih …) di setting manual dan semi-auto. Lensanya AF Zoom 6.5 – 19.5 mm 1:2.8 pada 3.3 Mega-Pixel.
Boarding at 15:30, Airbus A350 Flight Number SQ20 took off from Singapore at 16:15 (GMT +8)… the longest flight I’ve ever been into. Dapat tempat duduk di 35A window. Di udara nonton Corpse Bride, Transporter 2, Myth-nya Jackie Chan, dan Pooh Book The Movie. Sempat ndengerin 8th Habit-nya Stephen R. Covey audio book.
Tak lama setelah take-off dapat crackers dan Mexican dip-sauce, entah apa namanya … o ya it’s Nachos and the tasty Nachos sauce. Ayah dapat makan malam setelah sekitar dua jam di udara, menunya “Smoked Salmon with mesclun and caper” untuk starter, roll bakery and butter, lalu main event-nya “Chicken ragout with ceps mushroom served with fresh pasta and tomato” yang menurut dinner menunya exclusively created by a master chef from France for SQ. Kemudian ada “cheese and crackers” dilanjutkan dengan ice-cream dan penutup dengan orange juice dan segelas anggur merah.
Begitu langit di belakang pesawat kemerah-merahan menuju malam, jendela-jendela pesawat ditutup dan lampu kabin diredupkan. Bila ada yang ingin membaca atau aktivitas lain yang butuh cahaya, tinggal menggunakan personal light yang tersedia di tiap kursi. O ya, di tiap kursi pesawat ada remote control untuk entertainment program selama penerbangan dan masing-masing disediakan sterilized earphone untuk itu. Maximum ground-speed pesawat yang sempat tercatat adalah 1105 kph, di ketinggian 11877 m, dengan outside temperature –54 centigrade … brrr …
Sebelum makan pagi ditawarkan hot-towel untuk passenger refreshment … ya, sesuai banget, ayah jadi terbangun setelah ‘cuci muka’ dengan handuk hangat itu. Lalu tak lama kemudian ditawarkan breakfast dengan menu fresh picking Yoghurt with fresh mango and honey, disambung dengan griddled hotcake served with maple syrup, scrambled egg, chicken sausage and cherry tomato dan lalu “Stir-fried noodles with roast duck and vegetables” served with steamed pork “siew-mai” ala Hongkong’s master chef exclusively for SQ. Lalu ada bakery rolls and butter and fruit jam, dengan minuman hangat secangkir teh.
Touchdown di LAX remote-bay terminal sekitar jam 3:15 Pacific Time (GMT –8) di hari yang sama dengan ketika take-off. Taxi-ing pesawat makan waktu sekitar 15 menit sebelum para penumpang dapat keluar pesawat. Passengers harus naik coach-bus ke main arrival terminal. Di sana antri imigrasi tidak separah ketika 2002 dulu … hanya sekitar 15menit antrian imigrasi. Ayah sempat ngantri keluar tanpa mengambil bagasi tapi lalu ditanya petugas mana bagasinya. Ternyata semua bagasi harus diambil dulu oleh masing-masing penumpang. Balik lagi deh ke baggage carousel … Bagasi cukup lama keluarnya dan kemudian ngantri keluar untuk duty-report. Baggage harus diambil di LAX arrival carousel untuk lalu di-drop-off di domestic connection flight baggage drops off.
Keluar international arrival terminal, ayah sempat diberitahu petugas untuk menuju gate no. 4 … ngantri shuttle bus ke domestic flight terminal, ayah pikir. Begitu berjalan ke gate no. 4, disitu tertera American … cocok dengan pesawat ayah berikutnya … melongok-longok ke dalam, koq kayanya ini arrival terminal juga … mana departure-nya?
Naik tangga ke upper level (lantai dua) ndak ada tanda-tanda check-in counter-nya. Lalu ya ayah turun lagi, ngantri di terminal bis di bawah tanda biru (Interconnecting Airport Shuttle Bus).
Sepuluh menit kemudian dapatlah shuttle bus it dan naik … di dalam bis disebutkan setiap macam penerbangan di next stop, tidak ada American Airline! Wah … sampai kemudian ayah nanya ke bus-driver, dimana American Airline bus-stop-nya. Dijawab “a few next stops”. Ok, deh … lalu duduk lagi sambil masang telinga untuk ndengerin pengumuman penerbangan-penerbangan di tiap halte yang dilewati bus ini. Owalah … bus ternyata sudah kembali ke tempat semula ketika disebut American Airline, di tempat ayah nunggu dan naik bus tadi. Hehehe … lalu masuk sajalah ke dalam pintu yang ada tulisannya “American” di atasnya. Di dalam, tampak puluhan orang ngantri di seberang ujung hall yang ayah masuki. Tapi persis di depan pintu, cuma ada beberapa orang saja yang ngantri.
Oo… ada petunjuk departure gate untuk penerbangan AA2468 ke DFW adalah Gate 49A. Segera mengikuti petunjuk, ayah berjalan ke atas melewati escalator lalu ngantri di security check. Begitu giliran ayah tiba, diperiksalah tiket yang ayah pegang oleh petugas (ibu-ibu Negro) … dibilanglah bahwa ayah harus punya boarding pass dulu sebelum bias masuk. Ditunjukin tempatnya dibawah. Wah … ternyata electronic check-in counter yang persis di depan pintu yang ayah masukin tadi. Di situ ada dua orang sedang di-servis ama petugas check-in, tapi di samping-samping ada automated check-in screen. Di layarnya ada pilihan: Check-in with baggage, Express Check-in without baggage, dan Check Baggage only.
Karena ayah punya dua tas di bagasi pesawat yang sudah di-drop-off tadi, ayah milih pilihan yang pertama. Layarnya sudah touch-screen. Touch-touch-touch … selesai. Keluar print-out dari situ … lalu dihampirin petugas … dibilang masukan kedua tas yang akan di check-in. Wah … kan dua tas tsb sudah di drop-off tadi. Petugas manggut-manggut tersenyum, menggiring ayah ke counter yang lain sambil membawa semua printout hasil pencet-pencet ayah tadi. Lalu ayah jelaskan yang ayah pikir tadi dengan milih check-in with baggage, dan minta tolong kepadanya untuk memeriksa apakah bagasi ayah sudah di-connect ke pesawat ayah berikutnya.
Petugasnya ramah … tidak marah dengan kesalahan ayah tadi. Dia lalu mencet-mencet keyboard komputernya sambil sesekali melihat kertas-kertas printout tadi. Semenit dua menit, dia selesai dan ayah diberikan boarding pass berikut amplopnya. Dua baggage tags yang ndak jadi dipakai disimpan olehnya.
Terbang dengan pesawat Boeing 757 di ketinggian maksimum 33,000ft, mendarat di Dallas-Fort Worth (DFW) airport tepat waktu 23:25 (GMT –6). Bagasi cepat keluarnya dalam hitungan menit. Lalu keluar menunggu shuttle bus ke Car Rental, tak sampai lima menit. Car Rental Drive ternyata cukup "jauh" bila jalan kaki ... 10 menit perjalanan dengan bus ini.
Petugas di "National Rental Car" counter seorang gadis tampangnya sih 20-an tahun ... sendirian lagi, berani juga. Langsung saja ayah menyapa lalu memberikan nomor booking-nya (Car Rental Reservation Number loh ... bukan yang lain). Lalu ditanya apakah jadi yang Intermediate Sedan? Hhhmmmm ... downgrade saja deh ke Compact Car, kan cuma sendirian di mobil nantinya.
Jadilah menyewa Compact Car ... dengan full coverage insurance plus third-party-accident-waiver. Si-mbak tadi lalu memberikan selembar print-out berisi detail biaya untuk dikonfirmasi. ... Oke ... initial di sub-total1, subtotal2 dan total initial cost. Tanda tangan di lembar terakhir yang menyatakan ayah mengerti dan setuju dengan biaya-biaya tersebut. Kemudian diberitahu bahwa ayah tinggal keluar dari Counter National lewat pintu kecil di samping counter, turn left - follow the walkway ... the compact car row is the second farthest row. Tinggal pilih salah satu mobil yang ada di barisan itu.
Melongok keluar pintu, waahh ... berjajar mobil-mobil yang siap disewakan. Di tiang-tiang betonnya terpampang macam-macam kelas mobil. Di barisan sebelah kanan terpampang SUV dari standard sampai luxury, dan tampak juga minivan di kejauhan lurus di depan pintu. Ayah belok kiri, melewati Luxury, Premium, Fullsize, Intermediate, lalu nah ini dia Compact. Di belakang papan nama itu ada lima Chevrolet Cobalt warna merah, hitam dan putih. Mengamati dengan seksama satu per satu ... hoho ... ada satu yang hanya punya dua pintu. Lalu ayah masuk ke dalam Chevy Cobalt merah dua pintu itu dan duduk sebentar di belakang kemudinya.
Oke, ambil!
Pagi-pagi jam 6:10 Pak Marmo – driver kantor, sudah menelepon sedang menuju apartemen … untung sudah mandi, siap-siap dan tinggal pakai baju travel.
Di jalan menuju airport, nelpon Bunda dan lalu nelpon Mama-Papa. Tiba di airport jam 7 lebih sedikit. Check-in untuk window seat sampai LAX dari CGK. Bagasi di-flight-connect sampai DFW, tinggal chek-in di LAX untuk terbang ke DFW nanti.
Boarding jam 09:20 ke pesawat Boeing 777-300/ Jubilee, nomor penerbangan SQ153. Take-off sekitar jam 09:45 (GMT +7). Flight maximum altitude 10972 m, ground speed 898 kph, outside air temperature –46 centigrade. Landed at Changi Airport +- 12:20 Singapore time (GMT +8).
Di Changi ada yang baru: KOI pond and Orchard Garden. A very beautiful view for a modern airport lounge. Wow! Sambil latihan ngambil foto-foto pakai Olympus Camedia C3000-Zoom – ngetes kemampuan kamera (dan latihan moto sih …) di setting manual dan semi-auto. Lensanya AF Zoom 6.5 – 19.5 mm 1:2.8 pada 3.3 Mega-Pixel.
Boarding at 15:30, Airbus A350 Flight Number SQ20 took off from Singapore at 16:15 (GMT +8)… the longest flight I’ve ever been into. Dapat tempat duduk di 35A window. Di udara nonton Corpse Bride, Transporter 2, Myth-nya Jackie Chan, dan Pooh Book The Movie. Sempat ndengerin 8th Habit-nya Stephen R. Covey audio book.
Tak lama setelah take-off dapat crackers dan Mexican dip-sauce, entah apa namanya … o ya it’s Nachos and the tasty Nachos sauce. Ayah dapat makan malam setelah sekitar dua jam di udara, menunya “Smoked Salmon with mesclun and caper” untuk starter, roll bakery and butter, lalu main event-nya “Chicken ragout with ceps mushroom served with fresh pasta and tomato” yang menurut dinner menunya exclusively created by a master chef from France for SQ. Kemudian ada “cheese and crackers” dilanjutkan dengan ice-cream dan penutup dengan orange juice dan segelas anggur merah.
Begitu langit di belakang pesawat kemerah-merahan menuju malam, jendela-jendela pesawat ditutup dan lampu kabin diredupkan. Bila ada yang ingin membaca atau aktivitas lain yang butuh cahaya, tinggal menggunakan personal light yang tersedia di tiap kursi. O ya, di tiap kursi pesawat ada remote control untuk entertainment program selama penerbangan dan masing-masing disediakan sterilized earphone untuk itu. Maximum ground-speed pesawat yang sempat tercatat adalah 1105 kph, di ketinggian 11877 m, dengan outside temperature –54 centigrade … brrr …
Sebelum makan pagi ditawarkan hot-towel untuk passenger refreshment … ya, sesuai banget, ayah jadi terbangun setelah ‘cuci muka’ dengan handuk hangat itu. Lalu tak lama kemudian ditawarkan breakfast dengan menu fresh picking Yoghurt with fresh mango and honey, disambung dengan griddled hotcake served with maple syrup, scrambled egg, chicken sausage and cherry tomato dan lalu “Stir-fried noodles with roast duck and vegetables” served with steamed pork “siew-mai” ala Hongkong’s master chef exclusively for SQ. Lalu ada bakery rolls and butter and fruit jam, dengan minuman hangat secangkir teh.
Touchdown di LAX remote-bay terminal sekitar jam 3:15 Pacific Time (GMT –8) di hari yang sama dengan ketika take-off. Taxi-ing pesawat makan waktu sekitar 15 menit sebelum para penumpang dapat keluar pesawat. Passengers harus naik coach-bus ke main arrival terminal. Di sana antri imigrasi tidak separah ketika 2002 dulu … hanya sekitar 15menit antrian imigrasi. Ayah sempat ngantri keluar tanpa mengambil bagasi tapi lalu ditanya petugas mana bagasinya. Ternyata semua bagasi harus diambil dulu oleh masing-masing penumpang. Balik lagi deh ke baggage carousel … Bagasi cukup lama keluarnya dan kemudian ngantri keluar untuk duty-report. Baggage harus diambil di LAX arrival carousel untuk lalu di-drop-off di domestic connection flight baggage drops off.
Keluar international arrival terminal, ayah sempat diberitahu petugas untuk menuju gate no. 4 … ngantri shuttle bus ke domestic flight terminal, ayah pikir. Begitu berjalan ke gate no. 4, disitu tertera American … cocok dengan pesawat ayah berikutnya … melongok-longok ke dalam, koq kayanya ini arrival terminal juga … mana departure-nya?
Naik tangga ke upper level (lantai dua) ndak ada tanda-tanda check-in counter-nya. Lalu ya ayah turun lagi, ngantri di terminal bis di bawah tanda biru (Interconnecting Airport Shuttle Bus).
Sepuluh menit kemudian dapatlah shuttle bus it dan naik … di dalam bis disebutkan setiap macam penerbangan di next stop, tidak ada American Airline! Wah … sampai kemudian ayah nanya ke bus-driver, dimana American Airline bus-stop-nya. Dijawab “a few next stops”. Ok, deh … lalu duduk lagi sambil masang telinga untuk ndengerin pengumuman penerbangan-penerbangan di tiap halte yang dilewati bus ini. Owalah … bus ternyata sudah kembali ke tempat semula ketika disebut American Airline, di tempat ayah nunggu dan naik bus tadi. Hehehe … lalu masuk sajalah ke dalam pintu yang ada tulisannya “American” di atasnya. Di dalam, tampak puluhan orang ngantri di seberang ujung hall yang ayah masuki. Tapi persis di depan pintu, cuma ada beberapa orang saja yang ngantri.
Oo… ada petunjuk departure gate untuk penerbangan AA2468 ke DFW adalah Gate 49A. Segera mengikuti petunjuk, ayah berjalan ke atas melewati escalator lalu ngantri di security check. Begitu giliran ayah tiba, diperiksalah tiket yang ayah pegang oleh petugas (ibu-ibu Negro) … dibilanglah bahwa ayah harus punya boarding pass dulu sebelum bias masuk. Ditunjukin tempatnya dibawah. Wah … ternyata electronic check-in counter yang persis di depan pintu yang ayah masukin tadi. Di situ ada dua orang sedang di-servis ama petugas check-in, tapi di samping-samping ada automated check-in screen. Di layarnya ada pilihan: Check-in with baggage, Express Check-in without baggage, dan Check Baggage only.
Karena ayah punya dua tas di bagasi pesawat yang sudah di-drop-off tadi, ayah milih pilihan yang pertama. Layarnya sudah touch-screen. Touch-touch-touch … selesai. Keluar print-out dari situ … lalu dihampirin petugas … dibilang masukan kedua tas yang akan di check-in. Wah … kan dua tas tsb sudah di drop-off tadi. Petugas manggut-manggut tersenyum, menggiring ayah ke counter yang lain sambil membawa semua printout hasil pencet-pencet ayah tadi. Lalu ayah jelaskan yang ayah pikir tadi dengan milih check-in with baggage, dan minta tolong kepadanya untuk memeriksa apakah bagasi ayah sudah di-connect ke pesawat ayah berikutnya.
Petugasnya ramah … tidak marah dengan kesalahan ayah tadi. Dia lalu mencet-mencet keyboard komputernya sambil sesekali melihat kertas-kertas printout tadi. Semenit dua menit, dia selesai dan ayah diberikan boarding pass berikut amplopnya. Dua baggage tags yang ndak jadi dipakai disimpan olehnya.
Terbang dengan pesawat Boeing 757 di ketinggian maksimum 33,000ft, mendarat di Dallas-Fort Worth (DFW) airport tepat waktu 23:25 (GMT –6). Bagasi cepat keluarnya dalam hitungan menit. Lalu keluar menunggu shuttle bus ke Car Rental, tak sampai lima menit. Car Rental Drive ternyata cukup "jauh" bila jalan kaki ... 10 menit perjalanan dengan bus ini.
Petugas di "National Rental Car" counter seorang gadis tampangnya sih 20-an tahun ... sendirian lagi, berani juga. Langsung saja ayah menyapa lalu memberikan nomor booking-nya (Car Rental Reservation Number loh ... bukan yang lain). Lalu ditanya apakah jadi yang Intermediate Sedan? Hhhmmmm ... downgrade saja deh ke Compact Car, kan cuma sendirian di mobil nantinya.
Jadilah menyewa Compact Car ... dengan full coverage insurance plus third-party-accident-waiver. Si-mbak tadi lalu memberikan selembar print-out berisi detail biaya untuk dikonfirmasi. ... Oke ... initial di sub-total1, subtotal2 dan total initial cost. Tanda tangan di lembar terakhir yang menyatakan ayah mengerti dan setuju dengan biaya-biaya tersebut. Kemudian diberitahu bahwa ayah tinggal keluar dari Counter National lewat pintu kecil di samping counter, turn left - follow the walkway ... the compact car row is the second farthest row. Tinggal pilih salah satu mobil yang ada di barisan itu.
Melongok keluar pintu, waahh ... berjajar mobil-mobil yang siap disewakan. Di tiang-tiang betonnya terpampang macam-macam kelas mobil. Di barisan sebelah kanan terpampang SUV dari standard sampai luxury, dan tampak juga minivan di kejauhan lurus di depan pintu. Ayah belok kiri, melewati Luxury, Premium, Fullsize, Intermediate, lalu nah ini dia Compact. Di belakang papan nama itu ada lima Chevrolet Cobalt warna merah, hitam dan putih. Mengamati dengan seksama satu per satu ... hoho ... ada satu yang hanya punya dua pintu. Lalu ayah masuk ke dalam Chevy Cobalt merah dua pintu itu dan duduk sebentar di belakang kemudinya.
Oke, ambil!
Gedebak-gedebuk ...
Friday, January 20, 2006
Pagi-pagi mengantar Bunda ke tempat kerja.
Bermain dengan Lumiere sepanjang hari. Ehm, ayah ikut tidur pagi sama Lumiere.
Pulang menjemput Bunda, kita mampir sebentar ke toko bahan bangunan membeli cat plester untuk menambal atap rumah yang sudah retak-retak. Lalu ayah nangkring di atas atap alih profesi jadi tukang genteng. Ya … yang namanya tukang amatir, tangan dan kaki belepotan kemana-mana. Semoga rumah tidak bocor lagi bila hujan.
Lumiere tidak mau bobok duluan sebelum ayahnya pergi ketika diberitahu bahwa ayah akan berangkat bekerja malam ini.
Naik travel X-Trans dari Cihampelas berangkat jam 21:30. Tiba di apartemen Taman Rasuna sebelum jam menyentuh 23:30.
Gedebak-gedebuk …. Pusing packing pakaian ke koper … pakai satu atau dua koper ya? Akhirnya baju-baju tersusun ala kadarnya di dalam dua tas koper, sekalian persiapan untuk tambahan barang-barang oleh-oleh untuk saat pulang nanti. Packing selesai jam dua dinihari, sudah sabtu … countdown to go!
Pagi-pagi mengantar Bunda ke tempat kerja.
Bermain dengan Lumiere sepanjang hari. Ehm, ayah ikut tidur pagi sama Lumiere.
Pulang menjemput Bunda, kita mampir sebentar ke toko bahan bangunan membeli cat plester untuk menambal atap rumah yang sudah retak-retak. Lalu ayah nangkring di atas atap alih profesi jadi tukang genteng. Ya … yang namanya tukang amatir, tangan dan kaki belepotan kemana-mana. Semoga rumah tidak bocor lagi bila hujan.
Lumiere tidak mau bobok duluan sebelum ayahnya pergi ketika diberitahu bahwa ayah akan berangkat bekerja malam ini.
Naik travel X-Trans dari Cihampelas berangkat jam 21:30. Tiba di apartemen Taman Rasuna sebelum jam menyentuh 23:30.
Gedebak-gedebuk …. Pusing packing pakaian ke koper … pakai satu atau dua koper ya? Akhirnya baju-baju tersusun ala kadarnya di dalam dua tas koper, sekalian persiapan untuk tambahan barang-barang oleh-oleh untuk saat pulang nanti. Packing selesai jam dua dinihari, sudah sabtu … countdown to go!
Libur dulu
Thursday, January 19, 2006
Meminta izin dari Pete untuk meliburkan diri hari Jumat sebelum berangkat ke Dallas. Pete mengizinkan tapi ayah harus mengisi formulir cuti, jadinya potong cuti 1 hari untuk besok.
Segera setelah dapat izin, dapat tempat di X-Trans Travel di tempat duduk paling belakang pojok kanan berangkat jam 16:00 wib.
Kendaraan yang ditumpangi ternyata Isuzu Elf – 10 seats; dan kabin minibus ini berisik sekali. Ayah baru dapat lancar tidur sepanjang jalan setelah pasang ear-plug yang NRR-nya 32-dB. Lalu baru terbangun setelah kurang lebih KM 110 tol Cipularang.
Dijemput Bunda di pool travel.
Meminta izin dari Pete untuk meliburkan diri hari Jumat sebelum berangkat ke Dallas. Pete mengizinkan tapi ayah harus mengisi formulir cuti, jadinya potong cuti 1 hari untuk besok.
Segera setelah dapat izin, dapat tempat di X-Trans Travel di tempat duduk paling belakang pojok kanan berangkat jam 16:00 wib.
Kendaraan yang ditumpangi ternyata Isuzu Elf – 10 seats; dan kabin minibus ini berisik sekali. Ayah baru dapat lancar tidur sepanjang jalan setelah pasang ear-plug yang NRR-nya 32-dB. Lalu baru terbangun setelah kurang lebih KM 110 tol Cipularang.
Dijemput Bunda di pool travel.
Langganan:
Postingan (Atom)